Bagaimana Menulis Scopus? Melihat Nama dan ID Scopus Setelah Terbit?

Dosen di Indonesia sesuai ketentuan yang ditetapkan dikti mungkin masih ada yang memiliki kesulitan memperoleh informasi ID Scopus. Yang perlu diingat adalah buatlah kajian dengan bijak dan memenuhi kaidah ilmiah. Jadikan Tulisan kita sebagai dakwah keilmuan kepada sesama yang akan memberikan manfaat sesama umat manusia. Ajaklah rekan-rekan berpartner menulis, karena mereka akan memberi sudut pandang berbeda dari pemikiran kita dan boleh jadi novelty dan menjadi riset lanjutan bagi kita. Bagusnya Baca Artikel dalam Jurnal ini "How to make your research world class; how to successfully publish in top international refereed journals"

Yang perlu dilakukan adalah Pertama kali bahwa Bapak/Ibu atau para calon sarjana pastinya wajib menulis terlebih dahulu dalam Jurnal Scopus. Jurnal Scopus, sangatlah beragam mulai dari yang belum terindeks (hanya terdaftar di scopus) maupun yang telah terindeks Scopus (Kita mengenalnya Q1-Q4). Dalam bahasa lain, disepakati oleh pengambil keputusan di Dikti dan dituangkan dalam Pedoman Operasional Jabatan Akademik dan dijelaskan pula dalam sistem  sister.ristekdikti.go.id sebagai Jurnal Bereputasi yang memiliki Impact Factor dan Jurnal Bereputasi Scopus. Impact Factor dapat dilihat dalam scopus melalui sebutkan nama Jurnal dimaksud dan anda akan melihatnya.

Dalam scopus.com akan terlihat Nilai Cite Score pada tahun sebelumnya. Cite score measures average citations received per document published in the serial (source: scopus.com). Jika anda mau menulis pastikan kemana karya anda akan diterbitkan (untuk jelasnya klik disini).

Selain Index Scopus itu sendiri, ada indeks lain yang digunakan dikti yang disebut sebagai Jurnal yang memiliki Impak yaitu SCImago Journal Rank. SCImago Journal Rank measures weighted citations received by the serial. Citation weighting depends on subject field and prestige (SJR) of the citing serial (source: scopus.com).

Penilaian lain dalam scopus adalah SNIP (Source Normalized Impact per Paper). Source Normalized Impact per Paper measures actual citations received relative to citations expected for the serial’s subject field (source: scopus.com).

Nah...jadi jika rekan-rekan dosen pahami, maksud Kemristekdikti adalah demi kebaikan kita bersama agar mutu tulisan di Indonesia akan menjadi lebih baik dan memiliki Novelty. Sangat diharapkan ada joint research dengan dosen luar negara, berpadunya bidang keilmuan dan berbeda kampus. Tujuannya adalah meningkatkan perbedaan menjadi satu pandangan. Sehingga semua dosen dalam menulis memiliki cara pandang yang Holistik, Integral, Sistemik, Objektif dan Positif.

Menulis dalam jurnal scopus, selain memerlukan artikel yang berkualitas, dipastikan bahwa tingkat plagiasi maksimum adalah 10%-13% sebelum submitt. Oleh itu sudah selayaknya seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia memiliki Mesin Anti-Plagiarsm. Salah satu yang umum digunakan adalah Turnitin, Plagiarsm Checker dan Banyak Lagi lainnya yang gratis dan on-line. Semua bergantung kepada keperluan. Cara menulis dalam Jurnal Scopus atau berindeks lainnya memiliki tahapan sebagai berikut:

1. Pastikan dahulu apa kajian kita dan tulis dengan menggunakan Bahasa Inggris-British (Bergantung permintaan Jurnal); Jangan nekat Gunakan Google-Translate. GS dapat digunakan tetapi perlu diingat Bahasa Inggris bukan bahasa utama kita, jadi lakukan Proof-editing dan Proof-reading. Kita pasti akan malu jika menulis tetapi bahasa salah secara gramatikal, selain merusak reputasi Bapak/Ibu/Calon Sarjana juga membuat pembaca tertawa. Terlebih lagi kepada Jurnal yang mau menerbitkan tanpa melakukan Penyertaan Bukti Proofreading dan Bukti Tidak Plagiat. Sudah dipastikan jika ada yang demikian perlu menjadi perhatian;

2. Lihat dahulu apakah target Jurnal yang menjadi tempat publikasi melalui Scimago, cek jurnal-nya (melalui link Jurnal langsung), cek ISSN-nya, Lihat Publisher-nya, dan jika mau mengikuti dan patuh aturan lihat lagi apakah jurnal tersebut memenuhi kaidah akademik dalam publikasi yang benar;

3. Cek Draft Artikel melalui Mesin Anti-Plagiarsm dan pastikan bahwa Bapak/Ibu/Calon Sarjana menggunakan Software Mendeley, Endnote atau Zotero dalam melakukan cite karya orang lain. Upayakan kesamaan hanya 10-13% (Bergantung Jurnal). Jadi jika anda diminta dikti dalam report usulan JFA, ga perlu panik, kan semua sudah dijalankan;

4. Pastikan format artikel disesuaikan dengan Jurnal yang menjadi tujuan. Ingat jangan sampai salah nama, alamat e-mail dan Institusi tempat bekerja saat ini. Lucu juga jika menulis tapi masih terdapat kesalahan seperti itu, walau itu masalah teknis tapi...ya ...begitu..deh;

5. Dalam beberapa kasus ada Jurnal walau OJS tapi membalas juga melalui email, so...bagi kita tidak ada masalah. Amannya setelah pengiriman artikel (Submitt) dalam OJS tetap lakukan email kepada chief-editor yaa. Karena jka OJS Error maka ada Back-Up tanggal pengiriman dan memudahkan Pengelola Jurnal bekerja dengan profesional dan responsif;

6. Selanjutnya, jika ada balasan dari Pengelola Jurnal harap responsif dan langsung perbaiki jika telah dilakukan review. Umumnya Reviewer akan sangat memperhatikan dengan konsep IMRaDC, hingga kepada References (Format IEEE, APA, MLA, Chichago, etc.);

7. Berkaitan Reference pastikan mengenai adanya perubahan model dalam pembaharuan citation (Baca Lebih lanjut perubahan Format APA).

8. Pastikan bahwa JEL Clasification dituliskan dalam Draft Artikel. Ini berguna bagi memudahkan pengelompokkan artikel sesuai bidang kajian;

9. Jika sudah dipenuhi semua, maka Submitt segera dan tunggu respons daripada Jurnal, Jika OK akan ada balasan dan keterangan lainnya. Jika diperlukan ada Review mendalam namun jika tidak itu juga keputusan daripada Reviewer Jurnal masing-masing bisa Minor Correction, boleh jadi Major Correction.

10. OK, Kita Berandai-andai saja sudah selesai tahap 1-9 dan akhirnya Publish. Bagaimana cara selanjutnya melihat ID Scopus?. Cara paling mudah adalah daftar dahulu di scopus.com. Pastikan anda telah terdaftar dalam Google Scholar dan orcid.org. Anda Cukup memilih Author Search dalam scopus.com. Masukkan nama belakang anda dan Nama depan anda. So lihatlah ID nya seperti syarat sintaristekdikti, itu kewajiban loh Bapak/Ibu/calon sarjana, karena akan membuat kemudahan dikti melakukan mapping keilmuan dan kejayaan publikasi di Indonesia.

Untuk singkatnya ada informasi singkat yang disampaikan oleh Dr. Fadzila Azni Ahmad; rekan dosen dari Centre for Islamic Development Management Studies (ISDEV) Universiti Sains Malaysia berkenaan hal ini (Retrieve: 22 Juli 2019 atas izin pengulas). Klik disini!

Bagaimana jika belum muncul dan tertarik dalam database scopus? Maka untuk menjawab ini diperlukan penjelasan lanjutan yang akan saya sampaikan (Baca: Cara mempublikasikan Jurnal terindeks Scopus terdaftar dalam Scopus.com). Salam Bijak Menulis, InshaAllah diulas pada periode berikutnya..supaya ada bahan untuk buat tulisan di edisi web berikutnya.

Sesetengah bertanya:
Apakah scopus/WoS itu syarat wajib menjadi Profesor?
Saya tidak mau menjawab ini sebagai syarat walau sudah tercantum dalam Pedoman Jabatan Akademik. Saya lebih senang menyampaikan bahwa Profesor itu adalah Bonus atas Karya ilmiah yang salah satunya dituangkan dalam tulisan, dan ter-usul adalah telah memiliki integritas, kapabilitas atas sebuah keilmuan yang konsisten.

Salam Motivasi.
Bersatu, Bekerja, Membangun Negeri